Minggu, 02 Juni 2013

Sejarah Desa Sumbermanjing

Posted by Agriecendekia Brawijaya On 11:44 PM | No comments

Sejarah




            Dari cerita yang beredar di Masyarakat Sumbermanjing Kulon Kecamatan Pagak Kabupaten Malang ini dulu di tempat yang sekarang menjadi lapangan sepak bola sumbermanjing kulon ada Sumber / mata air yang sangat besar.
saking besarnya sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat membendungnya, pada akhirnya ada seorang yang mampu menghentikan sumber tersebut.
seorang yang menghentikan tersebut bernama Kyai Darso, Kyai Darso lah yang mampu menghentikan sumber yang sangat besar itu, Sehingga warga yang melihat itu memberi nama desa ini menjadi Sumbermanjing artinya Sumber ( Mata air ) dan manjing ( Besar ) . Nama kulon adalah bagian Barat.
Sumbermanjing Kulon ini perlahan mulai menampakkan diri baik di dunia bisnis dan dunia pendidikan.
Desa Sumbermanjing yang berada di kecamatan Pagak Kabupaten Malang ini berpotensi besar menjadi perkotaan, di lihat semakin berkembangnya desa ini sehingga hampir semua elemen pemerintah ada di desa ini mulai dari Polsek Pagak, Koramil Pagak , Dll.
Pahlawan yang bersjasa memperkenalkan kecamatan sumbermanjing adalah Hamid Roesdi dikenang sebagai sosok pahlawan tiga masa, yaitu masa penjajahan Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan yang sangat konsisten memperjuangkan hak-hak rakyat. Beliau lahir pada hari Senin Pon 1911 di desa Sumbermanjing Kulon, Pagak Malang Selatan. Pada masa penjajahan Belanda, sangat aktif di bidang kepanduan dan tergabung dalam 'Pandu Ansor' karena belau juga seorang guru agama sekaligus staf Partai NU. Beberapa tahun kemudian bekerja di Malang sebagai seorang sopir di penjara Besar Malang (Lowokwaru). Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang memasuki kota Malang dan mulai memerintahkan membuat barisan Heiho, Seinedan, Keibodan dan Djibakutai sekaligus melakukan tekanan fisik pada rakyat.
Melihat situasi itu, Hamid Roesdi keluar dari pekerjaannya dan mulai membela nasib rakyat dengan menyusuo ke PETA (Pembela Tanah Air) tahun 1943 yang dibentuk atas usul Gatot Mangkupraja dan ditugaskan di Malang dengan pangkat Sudanco (Letnan I). Selain berlatih militer, ia juga sibuk mempersiapkan laskar rakyat untuk menentang Jepang sendiri. Pada malam hari tanggak 3 September 1945 diumumkan daerah karesidenan Surabaya masuk wilayah RI, Hamid Roesdi mulai melucuti tentara Jepang di Malang. Pada tahun 1946 menjabat sebagai perwira Staf Divisi VII Suropati dengan pangkat Mayor dan bertempat tinggal di jalan Semeru (sekarang Bank Permata).
Dianggap berhasil dalam menangani pelucutan senjata Jepang, kemudian Beliau diangkat sebagai komandan Batalyon I Resimen Infanteri 38 Jawa Barat dan menyelesaikan pertempuran disana dengan sukses. Sekembalinya dari Jawa Barat dinaikkan pangkatnya dari Letnan Kolonel menjadi Komandan Pertahanan daerah Malang di Pandaan-Pasuruan.
Pada Clash I 1947 Hamid Roesdi dengan gigih memimpin pasukan mempertahankan Kota Malang dari tentara Belanda. Sebelum Belanda memasuki Pandaan, Hamid Roesdi berkeliling kota menaiki Jeep untuk memerintahkan seluruh rakyat agar 'membumi hanguskan' bangunan Belanda.
Ketika Kota Malang tidak dapat dipertahankan lagi, beliau membuat pertahanan di Bululawang dan menyusun strategi merebut Malang kembali. Tengah malam  8 Maret 1949 kondisi perang sangat genting, Hamid Roesdi datang dan berpamitan pada istrinya, Siti Fatimah yang belum sempat dikaruniai anak karena selalu hidup dalam persembunyian. Setelah pamit untuk terakhir kalinya, beliau tidak pernah kembali lagi selama-lamanya. Oleh Karena itu Kecamatan Sumber manjing dapat dikenal di wilayah malang berkat Hamid Rosadi.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About